BAGIAN 1
MENGAPA ISLAM
A. Islam Agama Sempurna dan universal
Masih
banyak manusia di dunia tidak memahami apa sebenarnya agama Islam. Padahal
banyak pula manusia mengaku beragama Islam. Sebagai contoh dala kitab
Produk-produk Lembaga Keuangan Syari’ah disusun oleh Dr. H. Rohadi Abdul Fatah,
Drs. H. Muhyiddin, H. Mat Achwani, H. NurKhazin, H. Ahmad Rifa’i, dan Ali
Fauzan yang merupakan tim penyusun mengatakan; “sebagian kalangan masih
beranggapan bahwa Islam sebagai penghambat kemajuan pembangunan (an obstacle to
economic growth)”. Pemahaman seperti ini
merupakan pemahaman keliru, sebab jika dilihat perkataan qur’an, yaitu firman
Allah tentang Perbedaan Pendapat tentang agama, dijelaskan dalam surah Al-Imran
yaitu surah ke 3 ayat 19 berbunyi;
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّهِ الْاِسْلَامُ
قلى وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اَوْتُوْا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْمبَعْدِمَا
جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًام بَيْنَهُمْقلى وَمَنْ
يَّكْفُرْ بِاَيَاتِ اللهِ فَاِنَّ اللهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Artinya: “sesungguhnya agama
disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi
kitab kecuali mereka telah memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka.
Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-nya.” (Qur’an; 3:19).
Ayat diatas
menjelaskan tentang perselisihan agama, karena pemahaman manusia terhadap Islam
yang berbeda. ini disebabkan karena ilmu, dan ketauhidan yang mengalami
problem.
Dalam
tafsir Jalalain dari Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally,
agama yang dimaksud adalah agama Islam dan syariat yang dibawah oleh setiap nabi
dan rasul akan di ridhai, dengan penafsiran pada kalimat {اِنَّ
الَّذِيْنَّ عِنْدَ اللهَ الْاِسْلَامُ}
(sesungguhnya agama disisi Allah ialah
Islam). Maksud kalimat bahwa “sesungguhnya agama yang diridhoi Allah
adalah agama Islam, yakni syariat yang dibawah oleh para Rosul dan dibina atas
dasar ketauhidan. { وَمَااخْتَلَفَ
الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتَابَ} (tidaklah berselisih orang-orang
yang telah diberi kitab). Maksud kalimat bahwa “Tidaklah berselisih
orang-orang yang diberi kitab, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam agama,
sebagian mereka mengakui bahwa merekalah yang beragama tauhid sedangkan lainnya
kafir. { اِلَّامِنْم
بَعْدِمَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ} (kecuali
setelah mereka memperoleh ilmu). Maksud kalimat ini adalah memperoleh ilmu
ketauhidan bagi orang-orang kafir, namun masih ada ingkar terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an. Maka Allah memperingatkan terhadap orang kafir tersebut bahwa Allah
sangat cepat perhitungannya (pembalasan-nya berupa azab).
Begitupun
juga mengenai pemahaman Islam, bukanlah sebagai penghambat pembangunan. Islam
adalah system syari’at yang diturunkan Allah kepada hambanya melalui utusannya
Muhammad saw. dengan maksud memberikan kemaslahatan secara khaffah baik dunia
maupun akhirat, sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Baqoroh ayat 30 menjelaskan
dengan berbunyi:
وَاِذْقَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَئِكَةِ اِنِّ جَاعِلٌ فِيْ الْاَرْضِ خَلِيْفَةً قلى قَالُوْا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمّا ج وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قلى
قَالَ اِنِّيْ اَعْلَمُ مَالَاتَعْلَمُوْنَ
Artinya:
“dan
(ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi”. Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan namamu?” Dia berfirman, “sungguh, aku mengetahui apa yang kamu tidak
ketahui.”
Ayat diatas
para ulama menafsirkan bahwa Allah menciptakan manusia tidak untuk saling
membunuh satu sama lain, tetapi Allah menciptakan untuk saling menghargai dan
memelihara sesama Makhluk manusia, menjaga segala isi dalam bumi agar mereka
“manusia” tidak berfikir bahwa Islam adalah penghambat pembangunan. Manusia
yang akan membangun pembangunan dengan ilmu yang diberikan Allah.
Cara Islam
agar manusia tidak berfikir bahwa Islam adalah penghambat pembangunan, maka
nabi diberikan tugas oleh Allah untuk menyampaikan pemahaman tentang islam
melalui hadits dari Imam An-Nawawi yang biasa disebut dengan hadits Arba’in.
Hadits Arba’in yang dimaksud tentang petunjuk memahami Islam berbunyi:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ
جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْطَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ
الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِالشَّعْرِ, لَايُرَى عَلَيْهِ أثَرُالسَّفَرِ وَلَا
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ اِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَيْهِ عَلَى
فَخِذَيْهِ, وَقَالَ: يَامُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْأِسْلَامِ, فَقَالَ
رَسُوْلَ اللَهِ صَلَّ اللَهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الاءِسْلَامُ أَنْ تَسْهَدَ
أَنْ لَااِلٰهَ اِلَّا اللَهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَهِ, وَتُقَيْمَ
الصَّلَاةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ
اِنِسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَ
لُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْٳِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللَهِ, وَمَلَا ئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الْا︠خِرِ,
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرَهِ وَشَرِّهِ. قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ :
فَأَحْبِرْنِيْ عَنِ الْٳِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللَهَ كَأَنَّكَ
تَرَاهُ فَٳِنْ لَّمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَٳِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : أفَأَخْبِرْنِيْ
عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ.
قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْتَلِدَ الْأَمَةُ
رَبَّتَهَا, وَأَنْتَرَى تَرَالحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ
يَتَطَاوَلُوْنَ فِ الْبُنْيَانِ, ثُمَّ اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ
قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِلُ ؟ قُلْتُ : اللَهُ وَرَسُوْلُهُ
اَعْلَمُ. قَالَ: فَٳِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. (رواه
مسلم)
Artinya
: “Umar bin Khathab ra. Berkata, “suatu ketika kami (para sahabat) duduk
didekat Rasulullah saw.. tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan
pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya
tanda-tanda bekas perjalanan dan tak seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Ia segera duduk dihadapan nabi, lalu lututnya disandarkan pada lutut nabi dan
meletakkan kedua tangannya diatas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata, hai
Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang islam’. Rasulullah saw. Menjawab, ‘Islam
adalah engkau bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,berpuasa di
bulan Ramadhan dan Engkau menunaikan haji ke Baitullah jika engkau telah mampu
melakukannya’. Lelaki itu berkata, ‘engkau benar’. Maka kami heran; ia yang
bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi,
beritahukan kepadaku tentang iman’. Nabi menjawab, ‘Iman adalah engkau beriman
kepada Allah, Malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasullnya, hari akhir dan
beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk’. Ia berkata engkau
benar’.
Di bertanya lagi,
‘beritahukan kepadaku tentang ihsan. ‘Nabi Menjawab, ‘Hendaklah engaku
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, kalaupun engkau tidak
melihatnya, sesungguhnya dia melihatmu.’
Laki-laki itu berkata lagi,
‘beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat.’ Nabi menjawab, yang
ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.’ Dia pun bertanya lagi,
‘beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!’ Nabi menjawab, ‘jika seorang
budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang
bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta penggembala kambing
telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.’
Kemudian lelaki tersebut
segera pergi. Aku pun terdiam sehingga nabi bertanya kepadaku, ‘wahai umar,
tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?’ aku menjawab, ‘Allah dan Rasulnya
lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘ia adalah jibril yang mengajarkan tentang
agama kalian’.” (Hadist Riwayat Muslim).
Dari arti hadits diatas
dapat diambil kesimpulan manusia telah dipahamkan tentang Islam melalui
percakapan malaikat jibril dengan nabi Muhammad saw. Dalam percakapannya memberikan
pemahaman tentang ada 6 hal harus diketahui seorang Muslim sebagai batasan
minimal sahnya keimanan antara lain:
1.
Iman
kepada Tuhan
Seseorang beriman
kepada tuhan secara sah apabila ia telah beriman kepada Rububiyyah-nya, uluhyyah-nya,
dan asma’ dan sifat-sifatnya.
2.
Iman
kepada malaikat
Seseorang beriman kepada malaikat sah jika beriman
bahwa tuhan menciptakan makhluk bernama malaikat sebagai hamba yang senantiasa
taat dan diantara mereka ada yang diperintah mengantar wahyu.
3.
Iman
kepada kitab-kitab
Seseorang beriman kepada kitab-kitab sah
jika beriman bahwa tuhan telah menurunkan kitab yang merupakan kalamnya kepada
sebgaian hambanya yang berkedukukan sebagai rasul. Diantara kitab tuhan adalah Al-Qur’an.
4.
Iman
kepada para rasul
Seseorang berman kepada para rasul sah
jika beriman bahwa tuhan mengutus kepada manusia sebagian dari mereka. Mereka
mendapatkan wahyu untuk dismapaikan kepada manusia, dan pengutusan rasul telah
ditutup dengan diutusnya Muhammas shallahu ‘alaihi wasallam.
5.
Iman
kepada hari akhir
Seseorang beriman kepada hari akhir sah
jika beriman bahwa tuhan membuat sebuah masa sebagai tempat dihisabnya manusia,
mereka dibangkitkan dari kubur dan dikembalikan kepada-nya untuk mendapatkan
kebaikan atas kebaikannya dan balasan kejelekan atas kejelekannya, orang baik
mukmin masuk surge dan yang buruk “kafir masuk neraka. ini terjadi dihari
Akhir.
6.
Iman
kepada taqdir
Seseorang beriman kepada taqdir sah jika
beriman kepada tuhan bahwa tuhan telah mengilmui segala sesuatu sebelum
terjadinya.
kemudian, Tuhan menentukan dengan kehendaknya. Semua yang akan terjadi tuhan
telah menentukan sebelum terjadinya.
Selanjutnya kata “ihsan”
adalah bentuk pengabdian kepada tuhan dalam beridah, sebagaimana dalam arti
hadits diatas bahwa rasul menjawab ketika ditanya oleh malaikat jibril dengan
jawaban “hendaklah engkau beibadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya,
kalaupun engkau tidak melihatnya, sesungguhnya dia melihatmu.”.
Ihsan dalam konteks
muamalah hakikatnya manunaikan hak-hak sesama dan tidak menzaliminya, karena
wujud sesama berbeda-beda, maka bentuk ihsannya pun berbeda-beda sesuai dengan
keadaannya masing-masing. Adapun pelajaran terdapat dalam hadits menurut Imam
An-Nawawi Rahimahumullah antara lain:
1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya
jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang
yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang
bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia
mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela
baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“,
dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.
4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap
kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya
sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan
membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
7. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang
mengetahuinya selain Allah ta’ala.
8. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam
majlis ilmu.
Kedua
landasan hukum diatas tentang Islam, maka dapat disimpulkan bahwa manusia yang
menganggap Islam pemgnahambat pembnagunan adalah orang yang tidak
berpengetahuan tnetang ajaran Islam. Islam mengajarkan dalam melakukan semua
kegiatan untuk mengigat, dan merasakan bahwa seakan-akan tuhan selalu ada
disamping mengawasi segala kegiatan yang tidak sejalan dengan syari’at Islam,
dengan memunculkan perasaan ini maka setiap manusia tidak akan melakukan suatu
aktifitas kegiatan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
B. Islamic Way Of Life (Islam System Hidup)
Manusia sebagai
khalifa dimuka bumi, sebab Islam menurut Rohadi memandang bumi dengan segala
isinya adalah amanah yang diberikan Tuhan pada sang khalifa yaitu manusia untuk
mereka jaga, pelihara, dan menggunakannya sebaik-baiknya agar tercipta
kesejahteraan dan kemaslahatan bersama semua manusia.
Menurut dalam
sebuah artikel ISLAMPOS.COM, untuk mencapai tujuan kesejahteraan tersebut, yang
merupakan tujuan suci. Tuhan memberikan tujuan melalui para rasulnya petunjuk
yang meliputi setiap kebutuhan umat manusia didunia dan akhirat kelak melalui
aqidah, akhlak, dan syari’ah. Aqidah dan akhlak merupakan suatu system jalan
yang bersifat konstan “tidak megalami perubahan”, berbeda halnya dengan
syari’ah yang setiap masa yang berbeda maka ikut juga berubah. Sebagaimana telah di
sebutkan dalam surah Al-maidah ayat 48 yang berbunyi;
وَاَنْزَالْنَا
اِلَيْكَ الْكِتَابَ بِا لْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ
الْكِتَابِ وَمُحَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا اَنْزَلَ اللَهِ
وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاءَهُمْ عَمَّا
جَاءَكَ مِنَ الحَقِّ قى لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَمِنْحَاجًا قى وَلَوْشَاءَاللَهُ لَجَاءَلَكُمْ اُمَّةَ وَّاحِدَةً
وَلَاكِنْ لِّيَبْلُوَكَمْ فِيْ مَا اَتَاكُمْ فَسْتَبِقُوْا الخَيْرَاتِ قى
اِلَ اللَهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّعُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ
تَحْتَلِفُوْنَلا
Artinya
: “dan kami telah menurunkan kitab
(al-qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan
kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka petuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu mengikuti keinginan
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap
umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang, kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah Hendak
Menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikannya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitakannya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”
Selanjutnya
berbicara tentang kesejahtaraan, maka manusia akan dituntun untuk menafkahkan
hartanya menurut hokum-hukum yang telah disyariatkan Allah, karenanya manusia
tidak boleh kikir dan boros. Demikian pula yang dikutip dalam bukunya Veithzal
Rivai mengatakan bahwa dalam Firman Allah Tuhan Yang Maha Esa surah Albaqarah
Al-Ma’arij ayat 24 sampai pada ayat 25 berbicara tentang pentingnya memberikan
nafkah dengan bunyi;
وَالَّذِيْنَ فِيْ اَمْوَالِهِمْ حَقُّمْ
مَّعْلُوْمٌ, لِلسَائِلِ وَالْمَحْرُوْمٌ
Artinya:
“dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang
(miskin) yang meminta dan orang yang tidak meminta.”
Dalam ayat
diatas Veithzal Rivai memberikan Kesimpulan bahwa tata nilai ajaran Islam
adalah
1.
Kesejahtaraan
diakhirat lebih utama dari kesejahteraan di dunia, namun manusia tidak boleh melupakan
banyaknya atas kenikamtan dunia.
2.
Namun
dilain pihak, kenikmatan dunia tidak boleh membuat manusia melupakan
kewajibannya sebagai abdi Allah Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai khalifah
didunia.
3.
Menusia
tidak akan memperoleh kecuali yang diusahakannya, dan Allah Tuhan Yang Maha Esa
menjamin akan mendapat balasan yang sempurna.
4.
Dalam
setiap rahmat dari Allah Tuhan Yang Maha Esa berupa harta yang diterima oleh
manusia, terdapat hak orang lain. Oleh karena itu harta harus dibersihkan
dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekah.
Selain landasan
hukum diatas adala pula terdapat dalam
Qur’an surah Al-Qashosh ayat 77 yang berbinuyi:
وَابْتَغِ فِيْمَااٰتٰكَ اللٰهُ الدَّارَ
الْاٰخِرَةَ وَلَاتَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَا اَحْسَنَ
اللٰهُ اِلَيْكَ وَلَاتَبْغِ الْفَسَادَ فِيْ الْاَرْضِ قلى اِنَّ اللٰهَ
لَايُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ ﴿٧٧﴾
Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu
lupakan bagianmu di dunia dab berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagimana
Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.
Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”.
Dari ayat diatas Islam memperingatkan kepada manusia, jangan sampai
melupakan akhirat dan dunia. Menurut pendapat A. Qodri Azizy yang merupakan
mantan Rektor IAIN Walisongo Semarang bahwa kebaikan dunia tidak bisa lepas
dari terwujudnya kualitas hidup yang meliputih kesejahteraan harta.
A. Qodri Azizy menyebut bahwa ayat Al-Qashash merupakan dalil yang lebih
pas dan sering dijadikan dalil untuk memperoleh kesejahteraan ekonomi. Ayat ini
mempunyai kandungan yang dalam sekali sehingga ia harus memaknai setidaknya
mencakup antara lain:
1.
Masalah keduniaan, tercakup di dalamnya berusaha untuk
kaya, mempunyai bobot yang besar dalam ajaran Islam,tidak sekedar suplemen
sebagaimana anggapan umum selama ini.
2.
bukan saja memberi pelajaran tentang keseimbangan
mengenai keakhiratan dan keduniaan. namun sekaligus penuh muatan etika agar
dalam memperoleh harta itu tetap menjaga perbuatan kebaikan terhadap orang atau
menjaga hak-hak asasi orang lain: tidak serakah,tidak dengan merampas hak orang
lain, tidak zalim, dan tidak merugikan orang lain.
3.
Lebih dari itu bukan saja kebaikannya hanya bernilai
perorangan, sekaligus larangan Allah dari perbuatan kerusakan bumi.
4.
Jadi, harta itu harus diperoleh dengan cara yang benar
tidak dengan merugikan orang lain dan tidak pula dengan membuat kerusakan bumi
(termasuk harus menjaga lingkungan).
5.
Termasuk ajaran pundamental dalam Islam, yakni bahwa
segala perbuatan dan prestasi mempunyai konsekuensi diakhirat,sehingga dalam
pengelolaannya dan pemanfaatannya harus pula mempunyai tujuan akhir berupa
akhirat tadi.
6.
Sedang dalam upaya serius dalam urusan ibadah
keakhiratan – katakanlah ibadah “mahdhah” kepada Allah – pun masih selalu harus
ingat urusan keduniaan-katakanlah harta kekayaan. Jadi justru urusan keduniaan,
termasuk didalamnya masalah kekayaan, jangan sampai dilupakan. Ini memberi
penekanan begitu pentingnya urusan keduniaan, sampai-sampai sedang dalam urusan
keakhiratan pun jangan sampai dulipakan.
7.
Suruhan Allah untuk berbuat baik kepada orang lain,
sehingga upaya memperoleh harta harus pula dibarengi dengan niat agar ada
manfaat bagi orang lain.
8.
Larangan Allah berbuat karusakan di muka bumi juga
memberi bobot lebih berrat terhadap urusan keduniaan. Ini menambah argumentasi
begitu pentingnya urusan keduniaan, yang mencakup kemanusiaan dan tidak dapat
lepas dari masalah harta kekayaan untuk kesejahteraan
Dari
8 makna ini menyimpulkan bahwa ayat ini bukanlah dalil penghambat terhadap kemajuan
keduniaan dan harta kekayaan, akan tetapi dari ayat ini menunjukkan bahwa
dengan kemajuan harta kekayaan maka secara langsung dapat terjadi kemajuan
pembangunan, sehingga dapat tercipta kekayaan seluruh umat manusia (profit
dunia dan akhirat).
C. Islam Mengajarkan Berekonomi
Menurut
Qodri Azizy, dalam bukunya “Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Meneropong
Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam” mengatakan bahwa Islam mempunyai watak
cosmopolitan, serta Islam juga dalam isi ajarannya mengandung nilai-nilai
universal, dan Islam juga pada hakikatnya mengajak untuk kemajuan, prestasi,
kompetisi sehat, dan pada intinya untuk memberi rahmat pada alam semesta
sebagaimana dalam Al-Qru’an surah Al-Anbiya’, yaitu surah ke 21 pada ayat 107
berbunyi:
وَمَااَرْسَلْنٰكَ اِلَّارَحْمَةً لِلعٰلَمِيْنَ
﴿١٠٧﴾
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
Dalam surah al-anbiya’ diatas para ulama menafsirkan bahwa nabi Muhammad
saw
D. Islam Memerintahkan Berjihad
Jihad adalah kewajiban setiap muslim dalam membela
ajaran agama, karena itu berhijab tidak memandang bahwa berjihad hanya
berperang melawang para musuh dengan pedang. Namun menurut dalam kitab quraish
shihab adapula keasalah pahaman tentang jihad, sebab kata jihad terucap saat
perjuagan fisik sehingga diidentikkan dnegan perlawanan bersenjata, karena
jihad disuburkan oleh terjemahan keliru terhadap ayat-ayat al-qur’an yang
berbicara tentang jihad, dengan “anfus” dan benda. Kata anfus menurut
(Quraish shihab), seringkali diterjemahkan dengan jiwa. Terjemahan Al-Qur’an
departeman agama pun juga mengartikannya dengan jiwa. Hal ini dapat dilihat
dalam qur’an surah Al-Anfal yang berbunyi:
اِنَّ
الَّذِّيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ
فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْﺁاُولٰئِك بَعْضُهُمْ
اَوْلِيَاءُبَعْضٍ قى
Artinya:“sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berhijarah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan
orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
muhajirin), mereka itu satu sama lain sama melindungi.”.(QS. Al-Anfal: 72).
iklan adsense disini